Rabu, 13 Juni 2012

PENGARUH BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU SEBAGAI WARGA MASYARAKAT

PENGARUH BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU SEBAGAI WARGA MASYARAKAT
SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN 
Pengaruh Budaya Masyarakat Terhadap Perkembangan Individu Sebagai Warga Masyarakat
DosenPengampu :Nur Djazifah ER, M.Si








OLEH :
Sri Mulyani
Lucya Purnamasari 10102241011
Nadra Yunia A 10102241026
Shelly Aprillia 10102241027
Efrita Nur PSS 10102241030









PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

Kebudayaan di antara masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli. Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk. Alasan sederhana yang dapat menjelaskan tentang mengapa seseorang pada akhirnya memutuskan untuk berkompromi dan berpartisipasi dengan lingkungan dan budaya barunya adalah bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat bertahan dalam kondisi apapun juga. Mungkin seseorang dapat tahan hidup terasing, tetapi tidak untuk waktu yang lama.  Apabila orang yang baru masuk ke dalam sebuah budaya yang baru, karena ketidakcocokan yang dirasakan, awalnya mungkin dia merasa lebih baik sendiri dalam menjalani kehidupannya. Namun hal itu lama-lama akan membuat dia merasa kesepian. Dia kesepian karena merasa diri hanya hidup seorang diri, dalam lingkungan yang asing pula.
Kesepian tersebut akan membuat pertumbuhan pribadinya seolah berhenti dan membuat kehidupan tanpa arti, serta akan berakhir dengan kegagalan berlanjut. Selain itu akan mengembangakan kecemasan, depresi serta membuatnya menjadi sangat rentan terhadap tekanan, dan kehilangan masa lalu. Akhirnya dia akan merasa kehilangan hakikat kemanusiaannya, bahkan bisa mematikan. Keadaan ini tentu saja terasa sangat menyakitkan. Kesepian bisa disebabkan oleh perasaan terisolasi dan perasaaan tidak bergabung dalam suatu kelompok pergaulan tertentu dimana seseorang bisa berbagi daam hal minat, kesusahan, perhatian, dan memberi perasaan berada dalam satu komunitas tertentu. Inilah yang dialami oleh orang yang memilih menjauh dari lingkugan dan budaya yang baru.
Sebenarnya, perasaan berada dalam suatu komunitas tertentu akan menghindarkan seseorang dari rasa terisolasi secara emosional karena tidak memiliki  relasi yang mendalam seperti halnya relasi pada pasangan kekasih atau pasangan perkawinan, orangtua dan anak-anak yang memberikan penghayatan emosional yang erat. Sebenarnya terpenuhinya kebutuhan pertemaan dan kebutuhan dukungan sosial-lah yang membuat orang tidak merasa sendiri walaupun di saat tertentu dia bisa saja secara fisik sendiri. Jadi tidak terjalinnya relasi yang intim serta tidak terjalinnya hubungan yang memuaskan pada akhirnya membuat orang yang sedang mengalami gegar budaya merasa kesepian serta mengalami keadaan yang membuat dia merasa tidak bahagia dan tidak nyaman. Karena sebenarnya tanpa teman-teman, kehidupan bukanlah kehidupan sebenarnya.
Kebutuhan akan pertemanan ini sangat terkait dengan hubungan interpersonal yang dijalin oleh orang yang sedang beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru saja dimasukinya. Apakah hubungan yang dia miliki terjalin dengan baik atau tidak. Memang mungkin akan ada hambatan ketika pertama kali orang tersebut melakukan interaksi. Namun sebenarnya hubungan interpersonal bukanlah sesuatu hal yang mewah untuk dapat diraih. Seseorang dapat belajar menggapai orang lain untuk dapat menjalin relasi. Hubungan interpersonal ini sedemikian penting sehingga harus benar-benar berjalan dengan lancar. Karena hubungan interpersonal terutama dengan kelompok kecil yang memiliki kesamaan dengan kita merupakan kunci perkembangan dan pertumbuhan personal, identitas, produktivitas, sukses dalam studi, perasaan berarti, memiliki kehidupan yang berkualitas, sehat fasik dan mental, kemampuan aktualisasi diri, serta kemampuan mengatasi tekanan hidup dan tentu saja mendapatkan hakikat kemanusiaan.
Kebutuhan akan hubungan atau relasi interpersonal pada diri seseorang kemungkinan bisa kurang, berlebihan, atau ideal. Ketika orang pertama kali memasuki kelompok, biasanya orang tersebut cemas bagaimana seharusnya dia menyesuaikan diri. Dia akan takut diabaikan, cemas bagaimana harus melibatkan diri dengan kelompok dan berhubungan dengan anggota kelompok lain atau dengan kata lain sejauh mana dirinya harus melakukan interaksi sosial. Pada satu sisi seseorang yang sedang mengalami gegar budaya ingin memasuki kegiatan yang dilakukan oleh kelompok yang ada dalam lingkungannya yang baru. Disisi lain orang tersebut tidak ingin terlalu terlibat dengan orang-orang yang tidak dikenalnya dengan baik. Dalam situasi seperti ini, beberapaorang akan bereaksi berlebihan (over-react) atau malah kekurangan (under-react). Bila beraksi berlebihan, seseorang akan mendominasi percakapan, tetapi bila kurang beraksi pada inklusi sosial dalam kelompok, biasanya orag tersebut menarik diri dari percakapan. Hal ini baru dapat teratasi –kondisi akan menjadi ideal- apabila kita telah menjadi anggota kelompok yang mapan, karena dengan sendirinya kita akan mempertahankan jumlah keterlibatan sosial yang tepat. Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan personal seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hal itu akan membantu orang tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosialnya, membangun identitas personal yang koheren dan positif, serta keyakinan akan hubungan dia dengan realitas sosial. Dan semua itu tentu akan membantunya mengatasi ketidaknyamanan dan berbagai masalah karena gegar budaya.

Dalam menjalin hubungan dengan orang lain ini, sebenarnya dia sedang menerapkan prinsip afiliasi. Prinsip tersebut menyatakan bahwa manusia mempunyai kecendrungan atau hasrat untuk berteman maupun bergabung dengan manusia lain yang memiliki kesamaan dengannya. Dorongan untuk berafiliasi ini umumnya disebabkan oleh faktor biologis, bahwa manusia memang tergolong jenis yang membutuhkan kawan. Pada dasarnya perkembangan manusia mengikuti pola perluasan saling ketergantungan antar diri seseorang yang satu dengan orang yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan sosial dan intelektual seseorang ditentukan oleh kualitas dan esensi dari relasinya dengan orang lain. Identitasnya akan terbangun melalui relasi dengan orang lain. Karena selagi orang tersebut berinteraksi dengan orang lain dia akan memperhatikan respons orang lain itu terhadap dirinya. Kemudian dia akan mencari umpan balik melalui bagaimana mereka mengamati dirinya dan bagaimana orang tersebut belajar memandang dirinya sendiri seperti orang lain memandang dia. Melalui refleksi dari orang lainlah seseorang mengembangkan gambaran yang jelas dan cermat tentang dirinya sendiri.
Dalam relasi dengan lingkungan, seseorang harus mengadopsi aturan sosial yang menyertai posisi dirinya. Apakah dalam perannya sebagai mahasiswa, teman, junior, atau posisi lainnya. Hanya dalam interelasi dengan orang lainlah orang tersebut akan menemukan siapa sebenarnya identitas pribadinya. Secara implisit dalam setiap relasi, seseorang akan memohon pada orang lain untuk menilainya sebagai individu. Serta merta pula dalam relasinya dengan orang lain akhirnya orang tersebut membutuhkan untuk memberi dan menerima konfirmasi tentang keberadaannya disekitar orang lain.Setelah seseorang yang mengalami gegar budaya  menyadari semua hal diatas, maka diapun akan segera berpikir untuk menyelesaikan semua hal yang dia anggap menjadi masalah selama dia berada pada lingkungan dan budaya baru. Serta mengambil keputusan mengenai bertahan atau tidaknya dia di dalam kehidupan barunya.
Teori-teori mengenai prinsip-prinsip perkembangan individu akan kami urai berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana dikutip oleh Agoes Dariyo dalam beberapa versi pandangan atau pendapat, antara lain menurut Paul Baltes bahwa ada enam prinsip perkembangan yakni :
a. Perkembangan berlangsung sepanjang hayat.
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hayatnya, dimulai sejak masa pranatal, bayi anak usia dini, anak pra sekolah, anak tengah dewasa muda, dewasa madya, dewasa akhir dan kematian.

b. Perkembangan ditandai dengan kesempatan untuk memilih suatu penga-laman tertentu dan mengabaikan kesempatan pengalaman yang lain.
Prinsip ini mengindikasikan bahwa perkembangan manusia selalu disertai oleh dua hal yaitu prinsip memperoleh sesuatu dan prinsip kehilangan sesuatu. Prinsip memperoleh sesuatu adalah bahwa perkembangan manusia ditandai dengan peningkatan kompetensi, keterampilan dan pengalaman. Sedangkan prinsip kehilangan sesuatu adalah setiap individu dihadapkan pada berbagai pilihan yang harus dipilih. Pilihan yang menjadi prioritas merupakan pilihan yang sesuai dengan potensi, minat, kemampuan dan bakatnya. Oleh karena itu seorang individu hanya akan mengembangkan satu keterampilan tertentu sesuai dengan minat dan bakatnya.Jadi pilihan yang lain tidak mungkin dapat ditekuni dengan maksimal.

c. Pengaruh faktor biologi dan sosio-budaya bersifat relatif terhadap perkembangan.
Maksudnya adalah bahwa faktor biologi dan sosio-budaya memiliki pengaruh terhadap perkembangan psikologis manusia, namun faktor mana yang paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologisnya tidak dapat ditentukan secara pasti.

d. Perkembangan manusia melibatkan berbagai stimulus internal maupun eksternal.
Stimulus internal yaitu rangsangan yang berasal dari dalam diri individu, seperti motif, minat, bakat, kecerdasan, kreativitas, kepribadian, sifat-sifat dan sebagainya. Sedangkan stimulus eksternal yaitu rangsangan yang berasal dari luar individu, seperti hadiah, contoh atau teladan, buku, media cetak dan sebagainya. Kedua sumber stimulus tersebut mempengaruhi individu untuk mengembangkan diri sesuai pilihan minat dan bakatnya.

e. Perkembangan manusia bersifat fleksibel dan berubah-ubah.
Manusia dapat berkembang sesuai dengan keinginan, motif maupun dorongan dari dalam diri dan juga dapat berkembang setelah menerima pengaruh dari luar dirinya. Oleh karena itu perkembangan manusia dapat diarahkan, direncanakan dan dimodifikasi untuk memperoleh perubahan-perubahan yang semakin baik demi optimalisasi potensi individu.

f. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh konteks sejarah dan sosial budaya.
Perkembangan manusia tidak terlepas dari pengaruh masa lalu. Setiap individu dilahirkan dan dipelihara oleh orang tuanya. Mereka mendidik, mengajar dan membina anak-anaknya sesuai dengan latar belakang pendidikan, kemampuan dan pengalaman masa lalunya. Bangsa Indonesia memiliki pengalaman penjajahan bangsa asing, tentu saja berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak-anak, remaja maupun orang dewasa. (Dariyo, 2007:21-23).

Sementara menurut Jean Piaget ada empat prinsip perkembangan yang dialami oleh manusia, yaitu:
a. Setiap tahap perkembangan manusia ditandai dengan upaya mencapai keseimbangan hidup. Setiap manusia memiliki tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Tugas perkembangan dari setiap tahap perkembangan akan berbeda dengan tahap perkembangan berikutnya. Untuk mencapai keseimbangan hidupnya masing-masing tugas perkembangan harus dilaksanakan dengan baik. Bila seorang individu belum melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, maka ia tidak akan merasa bahagia dalam menjalani kehidupannya.

b. Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya dan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya.
Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya, yakni masa anak usia tiga tahun dipengaruhi oleh masa masa bayi, demikian pula masa bayi dipengaruhi masa pranatal.

c. Tahap-tahap perkembangan manusia itu bersifat universal.
Bahwa setiap tahap perkembangan yang dialami oleh manusia adalah sama atau tidak adaperbedaan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Masing-masing individu akan mengalami tahap-tahap yang sama dari sejak masa pranatal, bayi, anak, remaja dewasa dan kematian.

d. Setiap tahap perkembangan sebagai proses menjadi secara integratif (being process)
Setiap tahap perkembangan individu berupaya untuk mengoptimalkan potensi-potensinya dengan sebaik-baiknya. Jadi setiap tahap perkembangan kognitif individu harus dicapai dengan baik sehingga dapat menopang atau mendukung tahap perkembangan kognitif berikutnya. (Dariyo, 2007:24-25).

Sedangkan menurut Miller prinsip perkembangan manusia itu ada lima prinsip, yaitu :
a. Nature 
Perkembangan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal (nature) tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (nurture).

b. Kuantitatif 
Istilah kuantitatif mengandung pengertian sebagai perubahan fisik yang cenderung semakin meningkat atau menurun kapasitas ukurannya. Sementara istilah kualitatif adalah konsep perubahan yang menyatakan sebagai perubahan kemampuan, keterampilan, keahlian, dan kompetensi dari individu.

c. Normatif
Yang dimaksud asas normatif adalah suatu tahap perkembangan individu yang cenderung mengikuti pola-pola yang sudah umum sesuai dengan konsep perkembangan secara normal dan formalistik, aturan-aturan, adat istiadat, sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya, anak masuk SD umur 6 tahun, masuk SMP 12 tahun, dan seterusnya. Prinsip non normatif adalah suatu perkembangan individu yang tidak mampu mengikuti asas norma-norma tersebut yang disebabkan oleh faktor-faktor status sosial ekonomi, kemiskinan, kesehatan, adat istiadat yang kuno dan sebagainya, sehingga menyimpang dari norma tersebut. Misalnya, setelah tamat SMP seorang remaja laki-laki atau wanita terpaksa harus menikah dan mempunyai anak.

d. Kesinambungan 
Pola perkembangan manusia dapat dipandang secara kontinyu (berkesinambungan) tanpa ada tahapan yang jelas, tetapi seperti garis lurus, bersifat terus menerus, tanpa jeda, dan tidak terputus, linier dan berkelanjutan. Disamping itu, juga dapat dipandang secara diskontinyu, yaitu, tahap perkembangan itu harus melewati tahap-tahap tertentu untuk dapat memasuki tahap berikutnya, karena tahap tertentu mempengaruhi tahapan berikutnya. Berada pada lima tahapan, yaitu oral (0-1,5 th), anal (1,5-3 th), phallic (3-5 th), latensi (5-12 th), genital (13 th ke atas).

e. Progresif 
Perkembangan progresif adalah suatu konsep perubahan secara fisiologis yang sangat cepat dan meningkat secara tajam yang dialami pada usia pranatal, bayi, anak, remaja, dan dewasa muda, akibat makanan bergizi. Perkembangan regresif cenderung ditandai dengan penurunan ukuran fisik, makin kurus, makin ringan, dan sebagainya. (Agoes Dariyo, 2007: 26-32).

Lebih jauh lagi, dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (2003) Syamsu Yusuf merinci beberapa prinsip perkembangan individu sebagai berikut, yaitu :
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
b. Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
c. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
d. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
e. Setiap individu normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.
f. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. 

Dimana pola perkembangan yang dimaksud sebagaimana dikutip dari Yelon dan Winstein yakni sebagai berikut :
1) Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan).
2) Struktur mendahului fungsi.
3) Diferensiasi ke integrasi.
4) Dari konkret ke abstrak.
5) Dari egosentris ke perspektivisme.
6) Dari outer control ke inner control. (Yusuf, 2003:17-20).


3 komentar:

  1. apakah saya boleh meminta daftar pustaka dari makalah ini? terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  2. apakah saya boleh meminta daftar pustaka dari makalah ini? terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  3. Selamat Datang Di Agen Judi Online Terpercaya No.1 Di Indonesia Dan Sampai Seluruh Asia , BOLAVITA Merupakan Mitra Resmi Produk Judi Online:
    Hanya Dengan Minimal 50.000 Anda Sudah Dapat Bermain Taruhan Permainan Yang Di Inginkan.

    Kami Juga Banyak Meliput Banyaknya Permainan Seperti
    -Sportbook
    -Gd88
    -Poker
    -Tangkas
    -Togel
    -Slot
    -Wm555

    Dengan Pelayanan 24 Jam Nonstop Untuk Anda. Kami Juga Menyediakan Bank Lokal Indonesia Lengkap.``
    Dengan Proses Dana Deposit Dan Withdraw Yang Sangat Cepat Dan Customer Service Yang Profesional Dan Ramah. Pendaftaran Gratis!!!!
    Dengan 50rb Saja Anda Sudah Dapat Bermain Games Judi Online Secara Langsung Dan Menangkan Jutaan Rupiah.....Rahasia Di Jamin Aman & Terpercaya....

    Ayu Buruan Bergabung Dan Mendaftarkan Diri Anda Disitus Kami BOLAVITA Secepatnya , Dengan Banyaknya Bonus Yang Ada Dan Menarik
    -Promo Bonus Sportbook
    -Promo Bonus Deposit 10% Untuk Member Baru
    -Promo Bonus Cash Back 10%
    -Promo Bonus Rollingan 0,7%

    Promo Bonus Togel Terbesar
    - Potongannya Mulai Dari 29% - 66% Bosku

    Dan Masih Banyak Promo Promo Lainya

    Boss Juga Bisa Kirim Via :
    Wechat : Bolavita
    Wa : +62812-2222-995
    Line : Cs_Bolavita
    Bbm Pin : Bolavita ( Huruf Semua )

    BalasHapus